akta (Peristiwa):
Modul 2.3 membahas tentang Coaching untuk Supervisi
Akademik. Kegiatan pembelajaran ini menggunakan LMS dengan alur MERDEKA, yaitu
Mulai dari Diri, Eksplorasi Konsep, Ruang Kolaborasi 1, Ruang Kolaborasi 2,
Demonstrasi Kontekstual, Elaborasi Pemahaman, Koneksi Antar Materi, dan
diakhiri dengan Aksi Nyata.
Mulai Dari Diri: Pada sesi ini, CGP diminta untuk menjawab
beberapa pertanyaan terkait kegiatan observasi. Pertanyaan-pertanyaan tersebut
mencakup perasaan saat diobservasi, pengalaman saat diobservasi, pengalaman
pasca kegiatan observasi, dan gambaran proses supervisi akademik yang ideal
untuk membantu perkembangan sebagai seorang pendidik. CGP juga diminta untuk
menggambarkan posisi sebagai kepala sekolah yang perlu melakukan supervisi dan
mencapai situasi ideal dalam skala 1 hingga 10. Terakhir, CGP diminta untuk
menuliskan pertanyaan reflektif dan harapannya terkait modul 2.3.
Eksplorasi Konsep: Pada kegiatan ini, CGP secara mandiri
melakukan eksplorasi konsep Coaching. Materi yang dieksplorasi meliputi konsep
Coaching secara umum, konsep Coaching dalam konteks pendidikan, paradigma
berpikir dan prinsip Coaching, kompetensi inti Coaching, dan TIRTA sebagai alur
percakapan Coaching. Modul ini juga membahas Supervisi Akademik dengan paradigma
berpikir Coaching.
Ruang Kolaborasi: Ruang kolaborasi terbagi menjadi dua sesi
yang dipandu oleh fasilitator. Sesi pertama adalah latihan pelaksanaan kegiatan
Coaching dengan rekan CGP. Pada sesi kedua, setiap pasangan CGP mempraktikkan
kegiatan Coaching, di mana satu menjadi coach dan yang lain menjadi coachee.
Kegiatan praktik Coaching direkam dan diunggah ke LMS.
Demonstrasi Kontekstual: Pada kegiatan ini, CGP membuat
video praktik Coaching dalam kelompok. Setelah kegiatan Coaching, pengamat
memberikan tanggapan dan umpan balik berdasarkan hasil pengamatan. Setelah
putaran satu praktik Coaching selesai, CGP berganti peran untuk putaran dua dan
tiga.
Elaborasi Pemahaman: Pada kegiatan ini, CGP mengelaborasi
pemahamannya tentang Coaching melalui tanya jawab dan diskusi. Sebelum sesi
elaborasi pemahaman dengan instruktur, CGP menuliskan hal-hal terkait konsep
Coaching dalam modul ini. Kemudian, dilakukan diskusi mengenai Coaching dalam
konteks pendidikan dengan instruktur.
Koneksi Antar Materi: Pada kegiatan ini, CGP menyimpulkan
keterkaitan materi yang dipelajari dan membuat refleksi berdasarkan pemahaman
yang dibangun selama modul 2. CGP ditugaskan membuat refleksi kesimpulan dalam
bentuk media informasi, dengan pertanyaan-pertanyaan yang membantu membuat
kaitan tersebut.
Perasaan
Setelah mempelajari
modul 2.3 tentang Coaching untuk Supervisi Akademik, saya merasa semakin
memahami teknik-teknik yang diperlukan untuk melakukan Coaching yang efektif
dalam kegiatan supervisi di sekolah. Baik itu dalam hubungan antara kepala
sekolah dengan guru, guru dengan guru, guru dengan murid, maupun dengan anggota
warga sekolah lainnya. Dari awal pembelajaran hingga kegiatan ruang kolaborasi,
saya merasa mendapatkan pembelajaran yang sangat berharga.
Pembelajaran
tersebut khususnya membantu saya dalam pengembangan pola pikir, pengelolaan
emosi, dan kemampuan membangun komunikasi yang baik. Selain itu, saya juga
menjadi lebih memahami paradigma berpikir Among dan keterampilan Coaching dalam
konteks pengembangan diri dan kerja sama dengan rekan sejawat. Dalam kegiatan
Coaching, baik coach maupun coachee sama-sama mendapatkan pembelajaran. Hal ini
dapat dijadikan sebagai kesempatan untuk merefleksikan diri dan melakukan
introspeksi terhadap segala hal yang telah dilakukan dan yang akan dilakukan,
baik dalam proses pembelajaran maupun dalam menghadapi berbagai masalah dan
kegiatan lainnya.
Pembelajaran
Modul 2.3
memberikan banyak pembelajaran baru mengenai Coaching untuk Supervisi Akademik.
Melalui pembelajaran ini, saya menjadi lebih memahami dan tercerahkan tentang
konsep Coaching serta perbedaannya dengan mentor, fasilitator, dan konselor.
Salah satu teknik percakapan dalam coaching adalah menggunakan alur TIRTA, yang
merupakan akronim dari Tujuan Utama (T), Identifikasi Masalah (I), Rencana Aksi
(R), dan Tanggung Jawab (TA).
Saya merasa
sangat tertarik dengan kegiatan Coaching ini, karena memberikan kesempatan bagi
saya untuk terus memperbaiki diri dalam membantu rekan sejawat, terutama dalam
membantu murid dalam menyelesaikan masalah yang mereka hadapi. Masalah-masalah
di sekolah terkait dengan pengembangan diri bertujuan mewujudkan murid yang
memiliki kematangan diri, serta menjadi individu yang siap dan mampu mengelola
diri mereka sendiri untuk menghadapi berbagai tantangan dan masalah.
Coaching
dalam konteks pendidikan memiliki peran yang penting, yaitu: (1) sebagai salah
satu proses untuk membimbing murid dalam mencapai potensi terbaiknya, (2) coach
memberikan arahan melalui pertanyaan reflektif agar potensi bawaan murid dapat
terpancar melalui diri mereka, dan (3) coach memiliki peran yang sangat penting
dalam menciptakan lingkungan yang nyaman bagi coachee melalui keterampilan
komunikasi yang baik, sehingga dapat menumbuhkan rasa empati, kasih sayang,
saling menghormati, dan menghargai antara guru dan murid.
Future
(Masa Depan)
Secara
keseluruhan rangkaian kegiatan pembelajaran modul 2.3 tentang Coaching Untuk
Supervisi Akademik ini, membuat saya bersemangat untuk terus berpacu melakukan
perubahan ke arah perbaikan dan peningkatan kompetensi diri. Untuk itu saya
telah merancang tindakan aksi nyata penerapan praktik Coaching yang didasari
oleh keinginan untuk melakukan praktik baik di lingkungan sekolah. Harapan saya
dengan penerapan praktik Coaching di lingkungan sekolah bersama rekan sejawat
dan warga sekolah lainnya, dapat mewujudkan pribadi yang mandiri dan dapat
membantu murid untuk menuntun segala kekuatan kodratnya yang ada pada dirinya.
Dengan praktik Coaching juga membantu murid untuk mampu hidup sebagai individu
dan bagian masyarakat yang mampu menggali dan memaksimalkan segala potensi yang
dimilikinya untuk menyelesaikan masalahnya sendiri, serta menuntun murid untuk
memperoleh kemerdekaan belajar di sekolah