1.3.a.8. Koneksi Antar Materi - Modul 1.3

Postingan ini merupakan tugas 1.2.a.8 Koneksi antar materi - modul 1.3 atas nama Nanang Sriyadi, S.Pd.,Gr, calon Guru Penggerak angkatan 7 Kabupaten muaro Jambi.

Koneksi Antar Materi - Modul 1.3

Apa yang Bapak/Ibu pahami mengenai kaitan peran pendidik dalam mewujudkan filosofi pendidikan Ki Hadjar Dewantara dan Profil Pelajar Pancasila pada murid-muridnya dengan paradigma inkuiri apresiatif (IA) di sekolah Bapak/Ibu?

Dalam melaksanakan prose pembelajaran, roses menuntun murid perlu disesuaikan dengan kodrat alam dan kodrat zaman. Proses tersebut dapat dilakukan melalui 3 hal, yaitu Ing Ngarsa Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, dan Tut Wuri Handayani. Ki Hadjar Dewantara mengemukakan bahwa dalam proses menuntun, diri anak perlu merdeka dalam belajar serta berpikir, dituntun oleh para guru agar anak tidak kehilangan arah. Semangat Merdeka Belajar yang sedang dicanangkan ini juga memperkuat tujuan pendidikan nasional yang telah dinyatakan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3, dimana Pendidikan diselenggarakan agar setiap individu dapat menjadi manusia yang “beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis dan bertanggung jawab.

Kedua semangat ini yang kemudian memunculkan sebuah pedoman, sebuah penunjuk arah yang konsisten, dalam pendidikan di Indonesia. Pedoman tersebut adalah Profil Pelajar Pancasila (Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2020). Setiap bagian dalam dimensi profil pelajar Pancasila terbagi ke dalam elemen dan sub elemen. Dalam menyusun visi yang berpihak kepada murid, guru perlu menyelaraskan visi dengan dimensi profil pelajar Pancasila.

Profil pelajar Pancasila yang harus dimiliki yaitu:

1. Beriman, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan Berakhlak Mulia

2. Berkebinekaan global

3. Gotong royong

4. Mandiri

5. Bernalar Kritis

6. Kreatif

Dalam proses mewujudkan visi yang berpihak pada murid dan selaras dengan profil pelajar Pancasila, perlu ada pemimpin yang mampu menggerakkan dan mengelola perubahan. Maka dari itu, guru penggerak perlu membuat visi yang berpihak pada murid, mampu mencerminkan nilai dan peran guru penggerak, serta mewujudkan profil pelajar Pancasila.

Agar misi dapat terwujud dan terjadi proses perubahan, perlu ada upaya nyata. Pendekatan IA adalah salah satu cara untuk mewujudkan VISI secara kolaboratif. Konsep IA pertama kali dikembangkan oleh David Cooperrider (Cooperrider & Whitney, 2005; Noble & McGrath, 2016). INKUIRI APRESIATIF (IA) merupakan pendekatan manajemen perubahan yang kolaboratif dan berbasis kekuatan (positif). Pendekatan IA percaya bahwa setiap orang memiliki inti positif yang dapat memberikan kontribusi pada keberhasilan. IA dimulai dengan mengidentifkasi hal baik yang sudah ada di sekolah. mencari cara bagaimana hal tersebut dapat dipertahankan, dan memunculkan strategi untuk mewujudkan perubahan ke arah lebih baik. Tahapan dalam IA dalam bahasa Indonesia disebut dengan BAGJA (Buat Pertanyaan, Ambil Pelajaran, Gali Mimpi, Jabarkan Rencana, Atur Eksekusi).


Revisi dan rumuskan dengan penuh keyakinan, visi yang telah Bapak/Ibu buat berdasarkan jawaban pertanyaan diatas, ke dalam sebuah VISI yang membuat Bapak/Ibu bersemangat ketika membacanya, dan menggerakkan hati setiap orang yang membacanya!

"MEWUJUDKAN GENERASI CERDAS BERBUDAYA, KOLABORATIF, KREATIF, MANDIRI, BERNALAR KRITIS BERDASARKAN IMTAQ DAN IPTEK